Powered By Blogger

Senin, 05 September 2016

Patah Hati Pertama yang Terhebat

2 Juni 2009
Aku pulang dari bimbel karena besok aku akan tes masuk SMP. Aku pulang berjalan kaki karena lokasi bimbelku memang tidak begitu jauh dari rumah. Di jalan aku berpapasan dengan tanteku yang berjalan dengan terburu-buru dan raut panik di wajahnya, beliau berkata “Cepet pulang, Ayah sakit”, entah mengapa aku tak langsung berlari, aku takut. Begitu aku sampai halaman rumah, kulihat beberapa pasang sandal, manandakan di rumah sedang banyak orang,
aku lari masuk ke dalam rumah. Aku merasa ini pertanda buruk. Aku lari ke dalam rumah dan kudapati ayahku yang tidak sadarkan diri, ia terkena stroke yang melumpuhan setengan tubuhnya. Kupikir duniaku akan runtuh saat itu juga. Tadi pagi aku melihatnya normal, aku melihatnya sehat, aku melihatnya.. aku harap aku akan selalu melihatnya seperti pagi hari di tanggal 2 Juni 2009.

15 Juni 2011
Pulang sekolah hari itu adalah pulang sekolah yang tidak akan aku lupakan meski aku berharap lupa. Aku dijemput namun tidak untuk pulang ke rumahku melainkan ke rumah sakit. Hari itu Ayahku terkena serangan stroke keduanya, dokter memang pernah bilang serangan stroke kedua akan lebih berat dari yang pertama. Dalam dua tahun kondisinya membaik, ia sudah bisa jalan walau tidak sempurna. Kupikir dengan bersabar beberapa tahun lagi semua akan kembali normal untuk ayahku. Ku pikir ayahku akan sembuh. Ku pikir semua akan kembali normal. Kupikir roda sedang berputar dan aku menunggu untuk sampai di atas, ternyata rodaku justru berada di bawah dan semakin ke bawah.

30 juni 2011
5 tahun silam, aku merasa patah hati. Patah hati pertama, patah hati paling hebat. Sempat ku pikir aku tak kan kuat. Aku pikir hidupku tak kan sama. Tak sama seperti dulu, tak sama dengan yang lain. Aku hanya anak berumur 14 tahun yang akhirnya kehilangan salah satu dari yang terpenting yang aku miliki. Pukul 3 dini hari ayahku meninggal. Aku tak mau ceritaku terlihat menyedihkan. Aku menahan untuk tidak menjadi berlebihan. Terlalu naif kalau aku harap semua ini hanya mimpi.

Patah hati akan selalu sakit, entah dipatahkan atau mematahkan. Namun, aku tidak tahu patah hatiku ini karena dipatahkan atau mematahkan. Sempat kupikir hatiku dipatahkan, dipatahkan Tuhan karena telah memanggil ayahku terlalu cepat. Namun, apa bisa kamu menyalahkan Tuhan? Aku tidak. Aku harap patah hati terhebatku bukan tentang ayahku. Namun, tiap saat ku dengar  “patah hati” pikiranku tertuju ke sana. Hatiku patah karena aku tau ayahku mencintaiku dan aku kehilangan satu cinta yang tulus, cinta orangtua adalah cinta tanpa syarat. Kamu tidak memilih siapa orangtuamu dan orangtuamu tidak memilih kamu. Aku tidak pernah memilih beliau untuk menjadi ayahku. Namun, jika aku dapat memilih aku akan tetap memilih ayahku. Ayah yang membuatku merasa jatuh hati terhebat karena menjadi anaknya dan ayah yang membuatku patah hati terhebat pula karena harus kehilangannya.


NB : Postingan ini untuk mengikuti giveaway dari @gagasmedia dan @romeogadungan (Twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar